Sebuah keniscayaan pada dunia Pendidikan kini merambah menuju 4.0 bukan sekedar tentang apa itu teknologi pembelajaran digital, melainkan juga mengenai perubahan cara pandang, berpikir serta dengan apa yang lebih penting dalam mengedukasi milenial. Mungkin sama seperti pendidikan di masa sebelumnya, ada beberapa definisi serta teori mengenai pendidikan 4.0. Namun, cara pandangan tersebut tidak mamapuh menutupi tantangan yang harus dihadapi di masa sekarang yang terjadi saat ini. Kemudian, sehebat apa tantangan dunia pendidikan di Indonesia menghadapi era 4.0?
E-Learning Sebagai Basis Pendidikan 4.0
E-learning merupakan sebuah metode pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak (software) yang pada dasarnya dapat dilakukan secara langsung ataupun rekaman. Dengan kata lain, siswa akan mendapatkan akses penuh terhadap materi serta penjelasan guru kapanpun dan dimanapun. jikalau dibandingkan dengan kelas pembelajaran konvensional, e-learning memiliki tujuan dan fokus yang sangat berbeda yakni Sebagai berikut:
Dalam e-learning siswa dituntut untuk disiplin dan memiliki kemandirian belajar yang tinggi. Siswa harus bisa menentukan sendiri goal dari hasil belajarnya dan materi apa yang ingin mereka pelajari. Selain itu, siswa juga diwajibkan untuk menentukan sendiri jadwal belajar yang mereka inginkan. Oleh karena itu, sistem ranking tidak akan pernah cocok dengan sistem pendidikan yang berbasis e-learning.
Pembelajaran e-learning tidak hanya menuntut siswa untuk memahami isi materi di kelas, tetapi juga menerapkan teori yang telah dipelajari dalam penyelesaian masalah dari penugasan. Bisa dalam bentuk pertanyaan, pengujian, ataupun riset. Dengan metode ini, kemampuan kognitif siswa diharapkan terasah dengan baik dan siap untuk menghadapi masalah-masalah di kehidupan nyata. Selain itu, industri yang telah menerapkan artificial intelligence secara masif tentu tidak membutuhkan SDM yang tidak memiliki kemampuan penyelesaian masalah.
Memperluas pengetahuan dan referensi siswa merupakan salah satu fokus utama dari e-learning. Berbeda dengan sistem pendidikan konvensional yang memfokuskan siswa untuk memenuhi standar berdasarkan referensi yang diberikan oleh guru dan sekolah. Dalam e-learning, siswa dituntut untuk mencari, mengolah, dan menulis kembali informasi yang mereka dapat dari sumber yang tidak terbatas. Dengan cara ini siswa akan dapat belajar banyak hal dari berbagai macam jenis literasi di seluruh dunia.
Tantangan Penggunaan E-Learning di Sekolah
E-learning Merupakan sebuah tujuan pembelajaran yang luar biasa, bukan berarti hilangnya tantangan yang harus dihadapi. Selain manfaat dari pembelajaran tatap muka akan hilang, e-learning juga masih memiliki segudang masalah bila diterapkan dengan terburu-buru.
Penilaian objektif merupakan sebuah keharusan dalam banyak hal, namun objektivitas juga bisa menjadi pisau bermata dua dalam dunia pendidikan.Dalam e-learning, umumnya penilaian berdasarkan hasil atau karya dari siswa dalam bentuk penugasan.Akan tetapi, dalam banyak kasus, muncul adanya celah besar dari kualitas hasil penugasan setiap siswa.Ada cukup banyak hal yang membuat fenomena ini terjadi. Pertama, setiap siswa tidak memiliki kualitas akses referensi yang sama; kedua, setiap siswa memiliki lingkungan belajar yang berbeda; dan ketiga, kemampuan kognitif pribadi siswa yang pada dasarnya berbeda.Oleh karena itu, objektivitas e-learning tentu akan merugikan beberapa siswa dan hasil yang diharapkan pun akan bias.
Isu keamanan terhadap platform e-learning di Indonesia memang tidak banyak dibahas. Namun, celah ini akan sangat mempengaruhi kepercayaan publik terhadap revolusi pendidikan 4.0.Sebab, pembajakan terhadap sistem bukanlah hal yang jarang terjadi di era digital ini.Anda mungkin masih ingat berita yang viral pada 2019 lalu, dimana siswa SMP berhasil membobol situs milik NASA dengan keamanan paling ketat di dunia.Risiko pencurian informasi dan pengubahan data secara ilegal tentu harus menjadi perhatian serius dalam pengembangan e-learning di Indonesia.
Semakin luas referensi riset dan materi artinya tingkat pelacakan sumber juga semakin sulit. Hal ini akan meningkatkan kecurigaan terhadap tingkat orisinalitas karya milik siswa. Sebab, guru sangat mungkin tidak akan menduga siswanya mengambil atau menjiplak karya tulis siswa dari sekolah atau negara lain. Platform uji orisinalitas seperti Turnitin atau Quetext tentu terbatas dan tidak mungkin melacak hingga ke semua situs di seluruh dunia.
3 Faktor Efektivitas Pembelajaran Digital
Selain beberapa tantangan di atas, efisiensi pembelajaran digital turut menjadi perhatian banyak pihak. Khususnya, guru dan orang tua siswa.Berikut tiga faktor mendasar yang memiliki kontribusi terhadap kualitas digital learning di Indonesia. Sebagai berikut:
Sistem pembelajaran secara digital tidak akan pernah berjalan dengan baik bila perangkat dan koneksi internet tidak cukup mendukung. Bahkan menurut data dari Kominfo 2019, masih ada sebanyak 24.000 desa yang sama sekali belum tersentuh jaringan internet. Tentu hal ini akan menjadi masalah serius ketika sistem pendidikan telah secara masif menggunakan e-learning, baik sepenuhnya atau sebagian. Sebab, semua platform e-learning sudah pasti membutuhkan koneksi data dan internet yang cepat serta stabil.
Bukan hanya internet, sistem pembelajaran e-learning juga membutuhkan guru dengan kualitas kemampuan yang tinggi di bidang teknologi. Setidaknya, guru yang bertugas harus cukup paham dengan teknologi dan perangkat digital untuk mengajar. Selain itu, guru juga harus proaktif serta kreatif dalam pembuatan materi pembelajaran. tentunya agar siswa tidak bosan ketika belajar dalam kelas online atau e-learning.
Pemilihan platform e-learning akan mempengaruhi kualitas pembelajaran secara digital. Oleh sebab itu, Anda tidak boleh meremehkan faktor yang satu ini.Pada awal hingga akhir tahun 2021 ini, banyak sekolah yang sudah memakai beberapa platform untuk “belajar dirumah”.Namun, banyak siswa, guru, bahkan sekolah mengeluh tentang kesulitan memakai platform e-learning yang telah mereka beli. Hasilnya, pembelajaran tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan.
Kesimpulan
Beberapa tantangan pembelajaran digital merupakan masalah awal yang harus dihadapi oleh siswa, guru, dan sekolah di Indonesia dalam proses pendidikan 4.0 yang cepat atau lambat akan diterapkan secara penuh oleh pemerintah. Oleh karena itu, seluruh elemen di dunia pendidikan diharapkan untuk bersiap dan mulai berinvestasi, baik dalam hal infrastruktur maupun kemampuan atau skill.